Blinkie Text Generator at TextSpace.net

The Islamic Techno Based School

Asal Mula

Pada dekade delapan puluhan, jumlah madrasah negeri pada umumnya dan Madrasah Aliyah Negeri pada khususnya, secara nasional dirasakan masih sangat terbatas. Sebagai contoh misalnya di Kabupaten Malang yang wilayahnya sangat luas hanya ada satu Madrasah Aliyah Negeri Malng II yang ada di Batu. Kondisi terbatasnya jumlah MAN juga dirasakan di daerah-daerah lain di luar Kabupaten Malang. Meskipun demikian, untuk mendirikan MAN baru rupanya cukup sulit. Rekomendasi dari BAPPENAS dan Menpan saat itu tidak pernah diperoleh. Mungkin saat itu pendirian MAN baru belum masuk dalam program pembangunan nasional. Padahal disisi lain animo masyarakat yang ingin menyekolahkan putra-putrinya di MAN sangat besar.
Untuk merespon pertimbangan di atas, maka Departemen Agama dalam hal ini Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, khususnya Direktorat Jenderal Perguruan Agama Islam mengambil kebijakan yaitu setiap MAN dan MTsN agar membuka filial (cabang). Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, maka kepala MAN Malang II Batu yang pada saat itu adalah Drs. Sulhani dan Pimpinan Pondok Pesantren Babus Salam Banjar Rejo Gondanglegi yaitu K.H. Darwis Said bersepakat bahwa MAN Malang II Batu akn membuka filial yang akan ditempatkan di Lembaga Pendidikan Babus Salam Gondanglegi. Kesepakatan ini akhirnya diusulkan di Departemen Agama Pusat untuk mendapatkan pengesahan.
Akhirnya turunlah SK dari Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Nomor : Kep/E/PP.03/2/69/85 tanggal 12 maret 1985. maka resmilah dibuka MAN Malang II Filial Banjarejo Gondanglegi. Inilah asal usul berdirinya MAN Gondanglegi.
Adapun kepala MAN Filial itu istilahnya adalah Plh (Pelaksana Harian) kepala MAN, karena MAN Filial itu statusnya sama dengan kelas jauh saja, maka kepalanya adalah MAN Induk. Sedangkan di MAN Filial ditunjuk Plh kepala MAN. Adapun yang pertama kali menjabat sebagai Plh Kepala MAN Malang II Filial Banjar Rejo adalah Alm. Drs. K.H. Mursyid Alifi.
Begitu MAN Filial di Banjar Rejo Gondanglegi ini membuka pendaftaran siswa baru, animo masyarakat begitu besar dan mendapatkan siswa yang cukup banyak, yaitu dua kelas besar. Sebagian besar adalah para santri Pondok Pesantren Babussalam Banjar Rejo dan sebagian lainnya adalah siswa murni. Keadaan ini berjalan selama kurang lebih 4 tahun pelajaran. Setelah mengalami kemerosotan, hal ini disebabkan atas keinginan pihak Yayasan Babussalam menginginkan adanya jenjang pendidikan yang lengkap, maksudnya juga mendirikan lembaga pendidikan umum disamping madrasah. Maka berdirilah SMU Babussalam.
Ternyata animo calon siswa baru unuk SLTA di Lembaga Pendidikan ini tetap, tidak ada peningkatan. Maka dengan berdirinya SMA Babussalam, calon siswa baru sebagian masuk ke SMA Babussalam dan sebagian lagi masuk ke MAN. Maka animo yang masuk ke MAN berkurang hanya tinggal satu kelas.
Kebijakan pembukaan MAN Filial bukan dimaksud untuk menjadi MAN Filial selamanya, akan tetapi untuk sementara saja. Suatu saat direncanakan akan di Negerikan dengan penuh sebagai madrasah yang berdiri sendiri. Untuk menegerikan MAN itu ada persyaratan yang harus dipenuhidiantara persyaratan itu adalah apabila MAN Filial ada dukungan dari masyarakat dan berdiri diatas gedung dan tanah milik sendiri.
Gedung milik Yayasan Pendidikan Babussalam yang diduduki MAN waktu itu hanya sebatas pada hak pakai bukan hak milik, maka K.H. Mursyid Alifi mencari masyarakat yang berkenan mewakafkan tanah untuk pendirian gedung MAN. Dengan harapan MAN filial dapat segera dinegerikan secara penuh sebagai yang berdiri sendiri. Keinginan K.H. Mursyid Arifi terjawab oleh keluarga K.H. Abdul Hamid Putat lor Gondanglegi yang berkenan mewakafkan tanahnya seluas 3.000 m2 yang berlokasi di Jl. Putat Lor Gondanglegi untuk dijadikan lokasi pembangunan gedung MAN tersebut.
Semenjak tahun 1990, Drs. K.H. Mursyid mengalami jatuh sakit, sehingga meninggal dunia tahun 1991. sementara beliau sakit, kedudukan Plh. Kepala Filial dipegang oleh pejabat sementara (Pjs) yaitu H. Sayid Abdurrahman, Panggung Rejo Gondanglegi pada bulan Juli 1991, MAN Malang II melakukan boyongan dari Banjarejo ke Putat Lor Gondanglegi. Sebelum gedung MAN dibangun, maka untuk sementara menempati gedung Fakultas Syari’ah Unisma Gondanglegi sebagai ruang belajar dan gedung MTs Alhamidiyah sebagai ruang kantor dengan pertimbangan bahwa tanah wakaf calon lokasi MAN Gondanglegi terletak bersebelahan dengan kedua gedung tersebut disamping kebetulan K.H. Mursyid Alifi juga sebagai Dekan Senad Fakultas Syari’ah yang masuk sore, jadi paginya dipakai untuk MAN.
Pada saat awal-awal di kantor Putat Lor terjadi krisis : Krisis Kepemimpinan, Krisis Keuangan, Krisis Kepercayaan, sehingga animo masyarakat untuk memasukkan anaknya ke MAN begitu kecil. Pernah ada pada tahun ajaran baru 1992/1993 MAN hanya mendapatkan siswa baru kelas 1 sebanyak 27 siswa dan sampai kelas 3 tinggal 21 siswa. Itupun terbagi 2 jurusan, Jurusan Agama 8 orang dan jurusan sosial 13 orang.
Setelah Drs. K. H. Mursyid Alifin wafat, maka kedudukan kepala MAN diserahkan kepada Drs. K.H. Abdul Madjid Ridwan dari Malang. Beliau ini sebenarnya termasuk dalam kategori orang sibuk, karena disamping guru beliau juga sebagai Dosen Universitas Islam Malang juga sebgai Da’i kondang yang sering diundang di instansi-instansi dan pelosok-pelosok kota dan kabupaten Malang. Namun meskipun begitu beliau masih mau membantu berjuang dengan gigih memperjuangkan kemajuan MAN dengan pembantu setianya yaitu Drs. Ahmad Nur Hadi dan Drs. Tauhid, disamping guru-guru lainnya. Drs. Ahmad Nur Hadi menjabat sebagai WKM. Bidang kurikulum dan Tauhid sebagai Bendahara BP3, dimana ketuanya adalah KH. Mahmud Zubaidi.

Dengan modal pinjaman, MAN berusaha membangun gedung. Setelah sampai memasang usuk, dananya habis, maka berhentilah pembangunan selama kurang lebih 1 tahun. Oleh karena lapuknya usuk setahun yang lalu maka usuk yang terpasang tak kuat menyanggh genting, hingga akhirnya roboh. Gempar robohnya gedung MAN tersiar kemana-mana hingga ke pelosok jawa timur hingga Indonesia karena termuat di harian Surya.Alhamdulillah berkat bantuan Bupati Malang, maka gedung sebanyak Tiga lokal yang roboh dapat diselesaikan.
Pada tahun 1993, fakultas Syari’ah Unisma Gondanglegi akan diakreditasi dengan syarat bahwa gedung Fakultas tidak diperbolehkan untuk dipergunakan lembaga lain. Maka mau tidak mau MAN Filial harus hengkang dari gedung Fakultas. Alhamdulillah dalam waktu singkat, pada bulan Desember 1994, satu unit gedung lagi yang terdiri dari tiga lokal berhasil diselesaikan.
Pada bulan Januari 1995, siswa MAN Filial seluruhnya telah menempati gedung sendiri yang sebanyak dua unit yang terdiri dari enam kelas. Adapun kantornya masih numpang di MTs Al-Hamidiyah. Setelah memiliki prasarana dan sarana, tanah dan gedung,. Maka usaha untuk penegerian diurus lagi oleh kepala MAN Induk. Dan berhasillah penegerian tersebut dengan nama MAN Gondanglegi berdasarkan SK. Dari Menteri nomor : 515 A / 1995, tanggal 25 November 1995 dan diresmikan pada bulan Juli 1996 dengan Kepala Madrasah pertama yaitu Drs. Ahmad Nur Hadi.
Pada tahun 1997/1998, MAN Gondanglegi mendapat proyek bangunan gedung satu unit yang terdiri dari 3 ruang kelas,1 gudang dan 3 kamar mandi (WC) lengkap dengan mebelernya. Sebenarnya MAN Gondanglegi telah memiliki 9 ruang, sesuai dengan jumlah rombongan belajar, akan tetapi satu ruang digunakan untuk kantor. Jadi 1 kelas masih masuk siang. Pada tahun berikutnya mendapat proyek kantor lengkap dengan mebelernya. Setelah kantor pindah, maka pada tahun ajaran 1999/2000, seluruh siswa MAN Gondanglegi dimasukkan pagi.
Pada akhirnya tahun ajaran 1999/2000 MAN Gondanglegi ditunjuk sebagai sub rayon Ebtanas, yang diikuti oleh empat Madrasah Aliyah Penyelenggara dan sebelas Madrasah Aliyah penggabung. Empat Madrasah yang menjadi penyelenggara yaitu MA Al-Hidayah Wajak, MA. Nahdlatul Ulama’ Gondanglegi, MA Mamba’ul Ulum Banjar Rejo dan MA Roudlotul Ulum Putat.



Comments :

0 komentar to “Asal Mula”


Posting Komentar